oleh

Transformasi Pesantren As’adiyah di Tangan Nasaruddin Umar

-Nasional, TOKOH-891 views

OLEH: MUHAMMAD ARAS PRABOWO

Berandang.Com – MUKTAMAR ke-15 Pondok Pesantren As’adiyah Pusat Sengkang memilih Anre Gurutta (AG) Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA., Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, sebagai Ketua Umum Pengurus Pusat Pondok Pesantren As’adiyah Sengkang periode 2022-2027.
AG. Prof. Nasaruddin Umar, kelahiran Ujung Bone, 23 Juni 1959, juga merupakan alumni As’adiyah terpilih secara aklamasi melalui Muktamar ke-15 As’adiyah yang berlangsung di Kota Sengkang, Sulawesi Selatan, Minggu (4/12)

Kapasitas keilmuan dan keulamaan beliau tidak diragukan. Studi pascasarjananya diselesaikan di IAIN/UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan mendapatkan gelar Magister tanpa tesis (1992) serta doktoral (Ph.D) (1998) sebagai alumni terbaik.
Selama menempuh pendidikan doktoral, beliau menjadi mahasiswa yang menjalani Program Ph.D di Universitas McGill, Montreal, Kanada (1993-1994), dan Universitas Leiden, Belanda (1994-1995), mengikuti Sandwich Program di Paris University, Prancis (1995).

Setelah menyelesaikan program doktoralnya, Prof. Nas menjadi sarjana tamu di Shopia University, Tokyo (2001), University of London (2001-2002), Georgetown University, Washington DC (2003-2004) dan Islamic Study Center Bellagio, Milan, Italia, (2005).

Tanggal 12 Januari 2002 dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam bidang Ilmu Tafsir Pada Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Telah menerbitkan lebih dari 30 buku, di antaranya: Argumentasi Kesetaraan Jender (Perspektif Al-Quran), Teologi Perempuan, Deradikalisasi Pemahaman Al-Quran dan Hadis, Rethinking Pesantren, Mendekati Tuhan dengan Kualitas Feminin, Shalat Sufistik, Geliat Islam di Negeri Non-Muslim Dunia, Geliat Islam di Amerika, dan Jihad Melawan Religious Hate Speech.

Prof. Nas juga penulis beberapa entri di dalam Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Al Quran, dan Ensiklopedi Islam untuk pelajar. Serta, aktif sebagai penceramah agama (tasawuf) di masyarakat dan narasumber program-program dakwah Islam di TVRI dan beberapa TV swasta, juga Radio.

Kapasitas kepemimpinan Prof. Nas bisa ditelusuri dari berbagai jabatan strategis yang pernah diemban. Pada bidang pendidikan, pernah menjadi Wakil Rektor III IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Ketua Program Studi Agama dan Perempuan, Bidang Kajian Wanita Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia, Rektor Institut Perguruan Tinggi Ilmu Al Quran sampai sekarang dan Asesor Badan Akredaitasi Nasional Perguruan Tinggi.

Di bidang birokrasi pernah menjabat Direktur Jenderal Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama Republik Indonesia, Wakil Menteri Agama Republik Indonesia, dan Imam Besar Masjid Negara Istiqlal.

Sedangkan pada organisasi kemasyarakatan dan keagamaan: Ketua Dewan Syuro Ikhwanul Muballighin Indonesia, Sekretaris Dewan Pembina PB As’adiyah, Mustasyar PB NU, Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia, Ketua Umum Ittihad Persaudaraan Imam Masjid Indonesia, dan Ketua Umum Badan Penasihat Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4).

Kiprah Prof. Nas dalam organisasi internasional dan perdamaian internasional yaitu sebagai anggota Dewan Penasehat pada Komplek Raja Salman bin Abdulaziz Al Sa’ud untuk Hadis Nabi, Pendiri Universal Peace Federation dan Dewan Pendiri Masyarakat Dialog Antar Ummat Beragama.

Kapasitas jejaring beliau dalam nasional maupun internasional sangat kuat. Khususnya jaringan organisasi lintas agama dan pendidikan di dunia internasional. Pernah menerima Piagam Penghargaan dari International Human Resources Develeopment Program (IHRDP) sebagai International Best Leadership Award (IBLA) dan ASEAN Best Executive Award.

Kapasitas pemahaman terhadap pesantren adalah salah satu indikator penting untuk memimpin As’adiyah, mengingat basis As’adiyah merupakan pasantren.
Prof. Nas memiliki pemahaman yang sangat mapan soal dunia pesantren, terbukti dari kemajuan pasantren yang beliau rintis dari nol bersama kedua orang tuanya di Bone, Sulawesi Selatan, hingga saat ini telah menghasilkan lulusan yang memiliki daya saing tinggi.

Pondok Pesantren Al Ikhlas Ujung didirikan pada tanggal 18 September 2000, saat ini sudah didirikan dan dilakukan pengembangan pembangunan cabang di berbagai provinsi.

Misalnya di Sulawesi Tenggara tepatnya di Konawe telah beroperasi sedangkan di Baubau dalam proses pembangunan, Banten di Pandeglang juga sudah beroperasi, sedangkan di Jawa Barat Cianjur, Kalimantan Utara, Lampung dan Sulawesi Barat masih dalam proses pembangunan dan pengembangan.

Peneriman warga As’adiyah di tingkat kultur dan struktur pada sosok Prof. Nasaruddin Umar sangat kuat. Karena karismanya yang teduh dan rendah hati membuat banyak warga As’adiyah hingga akar rumput takzim kepadanya.

Cara komunikasi dan sikap mengayominya membuat beliau juga diterima olah warga As’adiyah diwilayah struktural. Ini merupakan modal besar bagi beliau untuk mendorong Pesantren As’adiyah go international dan mendunia.
Dari indikator yang telah jelaskan di atas, maka sosok Gurutta Prof. Nasaruddin Umar, memiliki potensi yang sangat besar untuk memimpin As’adiyah. Imam Besar Masjid Istiqlal itu memiliki kapasitas yang mapan untuk menahkodai As’adiyah, termasuk melanjutkan capaian kinerja yang telah dilakukan oleh pengurus sebelumnya.

Muktamar ke-15 As’adiyah sebelumnya dibuka secara resmi oleh Wakil Presiden RI KH. Maruf Amin, didampingi Gubernur Sulawesi Selatan Andi Sudirman Sulaiman, Pangdam XVI/Hasanuddin Totok Imam Santoso, Kapolda Sulawesi Selatan Nana Sujana, dan Kepala BAZNAS Republik Indonesia Noor Achmad.

Serta dihadiri Bupati Wajo H. Amran Mahmud, Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta AG. Prof. Nasaruddin Umar, Ketua Umum Pengurus Pusat Pondok Pesantren As’adiyah AG. H. Muhammad Sagena, dan tamu kehormatan lainnya.

Diiikuti ratusan peserta yang terdiri dari pengurus cabang As’adiyah dari berbagai daerah, alumni dan simpatisan Pondok Pesantren As’adiyah. (Red)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *