oleh

Cegah Stress Politik Dengan Jujur Adil Dan Ikhlas

Berandang.com- Tahun politik dirasa sangat cocok untuk tahun ini. Tahun dimana seluruh masyarakat Indonesia dari lapisan kelas atas hingga bawah berbondong-bondong memberikan hak pilihnya dalam kegiatan pemilu.  Pemilihan wakil rakyat menjadi pesta demokrasi yang di tunggu-tunggu, terlebih lagi tahun ini akan adanya pemilihan dan penetapan presiden untuk masa jabatan 2019-2024. Menjadi nuansa politik Negeri semakin bergejolak. 17 April 2019 lalu, pemilihan wakil rakyat telah di lakukan. Lima kotak misteri telah terisi oleh suara-suara rakyat yang menentukan. Meski telah berlalu gejolak politik tahun ini masih kuat dirasa hingga menjadi tak menentu.

Gejolak politik yang membabi buta, situasi yang menjadi tidak menentu terkadang menimbulkan efek negative bagi pemeran dalam perpolitikan. Siapa mereka??,, ya mereka adalah yang memiliki kepentingan untuk menduduki kursi jabatan yang mereka idam-idamkan. Jabatan tersebut beraneka ragam, mulai dari presiden (eksekutif), wakil rakyat (Legislatif) di berbagai tingkat pemerintah, sampai kepala desa.

Persaingan keras dalam perpolitikan, menyebabkan obral janji-janji kepalsuan kerap terlontarkan. Bahkan terkadang tanpa berpikir panjang, demi melabui rakyatnya ia rela menghabiskan harta untuk kampanyenya. Padahal tanpa ia sadari hal itu akan merugikan dirinya sendiri, terlebih lagi apa bila yang ia inginkan tak tercapai.  Fenomena ini yang kerap menjadi sorotan. Banyak meredar berita soal hunian bagi kaum sakit kejiwaan akibat dampak perpolitikan. Rumah sakit jiwa bahkan telah menyiapkan berberapa tempat untuk hunian bagi mereka yang gagal dalam politiknya.

Persaingan keras antar calon pemimpin, dan bahkan kampanye negative, menjadi sumber baru di masyarakat. Gejala stress pasca pemilu menjadi sorotan. Stress  itu bisa dilihat dari timbulnya rasa cemas, sedih, panik dan juga marah, baik skala ringan  atau berat. Bukan menjadi fenomena baru jika habis pemilu banyak mereka yang hilang kedali, hilang akal, bahkan mengakhiri hidupnya dengan sadis. Miris dan tragis jika dewasa ini masih memandang politik sebagai sumber kehidupan untuk kantong sendiri.

Gagal politik bukanlah akhir dari segalanya. Berpolitik boleh jika sesuai kemampuan dan potensi diri. Jangan hannya mengandalkan harta dan janji-janji yang berujung malapetaka. Pencegahan stress pasca pemilu harus dirikan. Semua itu harus adanya kesadaran dari para calon politisi, bahwa tak perlu adanya transaksi politik hanya untuk kepentingan sebuah kedudukan, karena jika hal itu terus terjadi, Allah tak pernah tidur menyaksikan perbuatan hambanya. Jika murka maka berimbaslah pada diri sendiri.

Mari kita songsong kehidupan baru. Hilangkan perselisihan, permusuhan atau bahkan putusnya tali persaudaraan. Mari kita sambung kembali tali yang putus, kita jahit lagi kain yang robek, kita jalin dan perkuat lagi. Kita Indonesia, beragam dan mengasyikan. Bukan permusuhan yang berkepanjangan hingga mengakibatkan hilangya kesadaran bahkan kejiwaan. Mari kita bangun yang jatuh, kita ikat yang putus, kita jalin yang renggang.

Mencegah stress politik banyak hal yang bisa kita lakukan. Saling menjaga, mengayomi, menolong antar sesama. Dan yang terpenting adalah gagalnya politik bukanlah akhir dari segalanya. Jika tak berhasil jangan terlalu lama berlarut dalam kesedihan, bahkan kekecewaaan yang berujung hilangnya kesadaran. Masih banyak diluarsana yang membutuhkan, bahkan keluarga pun sangat mengharapkan.

Mungkin Ikhlas merupakan kunci dari segalanya, bahwa apapun yang kita lakukan harus di dasari dengan pondasi yang kokoh yakni niat dan keikhlasan. Niat yang baik akan menghasilkan yang baik, begitu sebaliknya niat yang buruk akan berakhir dengan keburukan. Maka politik cerdas harus di tegakan dalam diri, ikhlas mengabdi untuk negeri, bukan obral janji atau suap menyuapi hanya utuk suara jadi politisi.

Berpolitik dengan sehat, jauhi lingkaran setan yang mematikan, kecurangan, jual beli jabatan atau bahkan kebohongan. Ikhlas, jujur adil dan damai harus terus ditegakan agar tercipta pejabat yang arif dan bijaksana. Masih banyak rezeki yang Allah datangkan untuk kita. Perbanyak doa dan usaha akan memberikan ketenangan dan keikhlasan bahwa yang jatuh akan bangkit, yang rapuh akan kuat yang layu akan tumbuh. Allah tidak tidur, kita masih ada harapan untuk menyongsong masa depan. Perkara perpolitikan, berpolitiklah yang sehat, tidak ikut arus setan dan jujur dalam berkata, bijak dalam bertindak dan ikhlas dalam menerima. Ya,, menerima kekalahan dan bersyukur jika dimenangkan.

Siroy Kurniawan, Mahasiswa Magister Komunikasi dan Penyiaran Islam, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *