Berandang.com –
Tidak tanggung-tanggung, usaha makanan khas Bengkulu di rumah Produksi Gadis Cemara Indah sukses meraup omzet Rp 60 juta perbulan.
Reja Putra, owner Tokoh Makanan Khas Bengkulu bernama Gadis Cemara Indah yang beralamatkan di Jalan Kuala Lempuing No.11, Lempuing, Kecamatan Ratu Agung, Kota Bengkulu, kepada wartawan mengatakan bahwa total omzet yang diraupnya itu merupakan akumulasi dari 4 tokoh yang dia kelolah.
“Keempat tokoh alhamdulilah sudah menampung lebih kurang 17 karyawan yang tersebar di beberapa titik. Diantaranya, ada di Pasar PTM Pasar Minggu, Lempuing, Bandara Fatmawati dan Kabupaten Kaur,” jelasnya.
Sebelum berkembang seperti saat ini, dia menceritakan awal mulai merintis usaha tersebut mulai tahun 2006 dengan modal lebih kurang 100 ribuan. Kebetulan istrinya pandai masak kue dan hobi sehingga awal diproduksi skala kecil dan respon pembeli saat ini positif dan mengaku rasa makanan buatan istrinya cocok dilidah.
Lebih kurang 7 tahun berjalan akhirnya usaha yang dirintisnya mulai menampakkan hasil. Apalagi berkat adanya bantuan modal pinjaman dari Bank BRI Syariah sebesar Rp 50 juta selama 2 tahun.”Saya juga sempat ikut pelatihan dari dinas sehingga bertahap usaha yang awalnya hanya sampingan mulai saya tekuni betul,”
Kini, aneka produk makanan yang diproduksinya bervariasi. Setidaknya ada 20-an jenis makanan yang diproduksi mulai dari kue kering, manisan terong, lempuk durian sampai minuman sirup jeruk kalamansi. Harga yang dibanrol pun mulai dari harga termurah yakni Rp 12.500 perkemasan hingga Rp 150 ribu.
“Produksi makanan sudah terpisah dari dapur rumah. Selain itu semua produk kita sudah bersertifikat dan berizin resmi sehingga bisa masuk pasar ritel modern dan market place seperti Tokopedia, Shoppy, dan Buka Lapak. Untuk penjualan online alhamdulillah sudah banyak meski volumenya masih relatif belum begitu banyak,” paparnya.
Selama usah dirintis, badai pandemi datang. Lagi-lagi usahanya ini mampu bertahan bahkan permintaan produk makanannya meningkat sehingga untuk memenuhi permintaan konsumen dia terpaksa menambah karyawan. Namunpasca pandemi mereda justru penjualannya mengalami penurunan meski tidak begitu signifikan.
“Itulah yang membuat saya heran dan saya analisa. Sehingga kini saya tetap konsisten produksi dengan mempertahankan rasa dan harga yang bersahabat dikantong. Padahal dulu saya sempat ditawarkan pinjaman bank lagi tapi saya tidak ajukan karena takut tidak terbayar cicilannya. Karena kalau saya liat kondisi ekonomi saat ini tidak menentu sehingga saya tetap mengandalkan modal yang ada saja,” tutupnya
Komentar